Candi Borobudur
1. Sejarah Singkat Candi Borobudur
Keberadaan candi Borobudur ditemukan oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles pada tahun 1814. Saat itu Belanda dan Inggris berperang dan sempat wilayah nusantara dipimpin oleh Inggris. Saat Raffles berkunjung ke Semarang, ia mendapat laporan ada bukit yang penuh dengan relief. Bersama dengan H.C. Cornelius, seorang Belanda, disertai 200 orang dimulailah pembersihan situs berbentuk bukit tersebut.
Tahun 1835 dan seterusnya mulailah tampak wujud sebenarnya bagian atas candi, diteruskan bertahun-tahun hingga dianggap selesai pada tahun 1850-an. Dan pada tahun 1873 seorang artis Belanda, F.C. Wilsen, menerbitkan monograf pertama relief-relief candi Borobudur, hingga kemudian Isidore van Kinsbergen memotret candi tersebut. Namun saat itu status dan struktur candi Borobudur masih diyakini tak stabil.
Awal abad ke-20 dilakukan restorasi besar-besaran oleh Theodoor van Erp, yang bertugas di Magelang, sekaligus tergabung ke dalam Borobudur Commission. Erp melakukan metoda yang disebut anastylosis, yaitu suatu metoda untuk merekonstruksi bangunan tua bersejarah dengan perhitungan, simulasi, disassembly dan disusun kembali dengan bantuan batu, plester, semen untuk menahan struktur dan bagian yang telah hilang. Namun upaya ini kurang sukses karena kurangnya dana, sehingga Erp hanya fokus pada restorasi struktur dan drainase.
Tahun 1973 hingga 1984 UNESCO ikut membantu dalam upaya restorasi dan pendanaan candi ini. Dibongkar lebih lengkap, struktur tanah dan bukit diperkuat, serta kembali batu-batu disusun hingga tampak kemegahannya hingga sekarang. UNESCO pun memasukkannya ke dalam daftar World Heritage Site atau Warisan Dunia UNESCO.
21 Januari 1985 beberapa stupa hancur karena serangan ledakan bom. Beberapa waktu lalu pembangunan di sekeliling candi juga menjadi isu kontroversial. Terakhir, kejadian gempa di Yogyakarta tidak membuat kerusakan struktur candi ini.
Dongeng setempat mengatakan Gunadharma memimpin pembuatan candi ini di jaman Syailendra di akhir abad ke-8. Menurut seorang akademisi Belanda, nama Gunadharma adalah murni bahasa Sansekerta yang berarti dongeng rakyat tersebut bersumber dari fakta sejarah, sebab dongeng rakyat yang semata-mata dongeng hanya menampilkan figur nama lokal/setempat.
Candi Borobudur dibangun sebagai sebuah candi besar, bukan sebuah komplek, yang jika dilihat tegak lurus dari atas berbentuk sebuah mandala besar di atas tanah. Bentuk dasar candi berukuran 123×123 meter, bertingkat 6 berbentuk bujur sangkar dan 3 tingkat ke atasnya berbentuk lingkaran dan ditutup dengan sebuah stupa besar.
Bahan dasar batu diambil dari sungai, dipahat, dibentuk kubus dengan sistem kunci coakan dan sengkedan, tidak ada penggunaan mortar atau bahan pelekat lainnya. Sebagai struktur sebuah bukit –katanya puncak bukit– menjadi tempat penyusunan batu-batu tersebut. Total batu struktur dan termasuk reliefnya –seluas 2.500m2– menghabiskan sekitar 55.000m3.
Gunadharma pun memikirkan sistem drainase, terutama saat musim hujan di mana curah hujan daerah tropis sangat tinggi, tetesan air hujan bisa mengalir deras dari puncak hingga ke bawah. Di tiap tingkat, di setiap sudutnya dibuat 100 lubang air dalam bentuk patung-patung yang unik.
Menurut para ilmuwan pembangunan candi ini memakan waktu 50 tahun. Wajar jika legenda mengatakan Gunadharma sebagai arsiteknya meminta tetap berada di candi tersebut, moksa untuk menjaga kelestarian sebuah karya monumental, baik bagi Gunadharma sendiri, bagi Samaratungga dan putrinya, Pramudawardhani, dan bagi penerus wangsa Syailendra saat itu.
Yang masih menjadi misteri adalah kepastian mengapa wilayah candi Borobudur adalah wilayah yang ditinggalkan. Saat Raffles menemukan candi ini, wilayah tersebut adalah bukan wilayah hunian, sebuah hal yang janggal ketika sebuah tempat peribadatan besar umat Budha tapi tidak ada penduduknya. Bahkan Majapahit atau pun Sunda Galuh tidak mencatat eksistensi candi ini.
Para ilmuwan berkesimpulan Borobudur hilang karena tertimbun ledakan Gunung Merapi di awal abad ke-11, diiringi dengan pengungsian besar-besaran penduduk, menjadi wilayah desertir. Namun pendapat ini pun masih belum bisa dipastikan oleh para ilmuwan dan akademisi.
Legenda Gunadharma pernah diangkat ke dalam sinetron beberapa tahun lalu. Namun saya hanya sempat melihat satu-dua episodenya, mungkin ada faktor rasa tak suka dengan kualitas industri sinetron buatan dalam negeri, tapi sedikit menyesal juga garis besar rangkaian cerita Gunadharma –walau hanya dongeng– tidak saya dapatkan.
2. Bangunan Candi
Candi Borobudur dibuat/dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3. Bangunan candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik pada keempat sisinya (timur,selatan,barat,dan utara). pada candi Borobudur tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
lebar bangunan candi Borobudur : 123 m
Panjang bangunan candi Borobudur : 123m
Pada sudut yang membelok : 113m
Tinggi bangunan candi : 34,5m
Pada kaki candi yang asli ditutup dengan batu sebanyak 12.750m3, sebagai selasar dan undakannya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.
3. Patung Budha
Patung budha di candi Borobudur berjumlah 504 buah, dengan uraian sebagai berikut:
Patung budha yang berada pada relung-relung : 432 buah
sedangkan pada teras I,II,III : 72 buah
Jumlah 504 buah
Sekilas patung-patung budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu dan yang lainya ialah sikap tangannya, yang disebut mudra dan merupakan cirri khas untuk setiap patung. Sikap tangan budha di candi Borobudur ada enam macam, hanya saja oleh karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah (timur, selatan, barat, dan utara) pada bagian rupadhatu maupun ada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada lima
Kelima mudra itu ialah:
1. Bhumispara-mudra
2. Wara-mudra
3. Dhyana-mudra
4. Aphaya-mudra
5. Dharma cakra-mudra
4. Patung singa
Pada candi Borobudur selain patung budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung, akan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya ada, karena berbagai sebab.
Satu-satunya patung singa besar, berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-oleh sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
5. Stupa
Stupa dalam candi boro budur terdiri dari tiga macam:
1. Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak ditengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monument bangunan candi Borobudur. Garis tengah ± 9,90m.
2. Stupa berlubang/ terawang
Stupa berlubang atau terawang ialah stupa yang terdapat pada teras I,II,dan III dimana di dalamnya terdapat patung budha. Di candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
3. Stupa kecil
Stupa kecil hampir sama dengan stupa lainnya, hanya perbedaannya yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh hiasan candi. Jumlah stupa kecil ada 1472 buah.
Keberadaan candi Borobudur ditemukan oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles pada tahun 1814. Saat itu Belanda dan Inggris berperang dan sempat wilayah nusantara dipimpin oleh Inggris. Saat Raffles berkunjung ke Semarang, ia mendapat laporan ada bukit yang penuh dengan relief. Bersama dengan H.C. Cornelius, seorang Belanda, disertai 200 orang dimulailah pembersihan situs berbentuk bukit tersebut.
Tahun 1835 dan seterusnya mulailah tampak wujud sebenarnya bagian atas candi, diteruskan bertahun-tahun hingga dianggap selesai pada tahun 1850-an. Dan pada tahun 1873 seorang artis Belanda, F.C. Wilsen, menerbitkan monograf pertama relief-relief candi Borobudur, hingga kemudian Isidore van Kinsbergen memotret candi tersebut. Namun saat itu status dan struktur candi Borobudur masih diyakini tak stabil.
Awal abad ke-20 dilakukan restorasi besar-besaran oleh Theodoor van Erp, yang bertugas di Magelang, sekaligus tergabung ke dalam Borobudur Commission. Erp melakukan metoda yang disebut anastylosis, yaitu suatu metoda untuk merekonstruksi bangunan tua bersejarah dengan perhitungan, simulasi, disassembly dan disusun kembali dengan bantuan batu, plester, semen untuk menahan struktur dan bagian yang telah hilang. Namun upaya ini kurang sukses karena kurangnya dana, sehingga Erp hanya fokus pada restorasi struktur dan drainase.
Tahun 1973 hingga 1984 UNESCO ikut membantu dalam upaya restorasi dan pendanaan candi ini. Dibongkar lebih lengkap, struktur tanah dan bukit diperkuat, serta kembali batu-batu disusun hingga tampak kemegahannya hingga sekarang. UNESCO pun memasukkannya ke dalam daftar World Heritage Site atau Warisan Dunia UNESCO.
21 Januari 1985 beberapa stupa hancur karena serangan ledakan bom. Beberapa waktu lalu pembangunan di sekeliling candi juga menjadi isu kontroversial. Terakhir, kejadian gempa di Yogyakarta tidak membuat kerusakan struktur candi ini.
Dongeng setempat mengatakan Gunadharma memimpin pembuatan candi ini di jaman Syailendra di akhir abad ke-8. Menurut seorang akademisi Belanda, nama Gunadharma adalah murni bahasa Sansekerta yang berarti dongeng rakyat tersebut bersumber dari fakta sejarah, sebab dongeng rakyat yang semata-mata dongeng hanya menampilkan figur nama lokal/setempat.
Candi Borobudur dibangun sebagai sebuah candi besar, bukan sebuah komplek, yang jika dilihat tegak lurus dari atas berbentuk sebuah mandala besar di atas tanah. Bentuk dasar candi berukuran 123×123 meter, bertingkat 6 berbentuk bujur sangkar dan 3 tingkat ke atasnya berbentuk lingkaran dan ditutup dengan sebuah stupa besar.
Bahan dasar batu diambil dari sungai, dipahat, dibentuk kubus dengan sistem kunci coakan dan sengkedan, tidak ada penggunaan mortar atau bahan pelekat lainnya. Sebagai struktur sebuah bukit –katanya puncak bukit– menjadi tempat penyusunan batu-batu tersebut. Total batu struktur dan termasuk reliefnya –seluas 2.500m2– menghabiskan sekitar 55.000m3.
Gunadharma pun memikirkan sistem drainase, terutama saat musim hujan di mana curah hujan daerah tropis sangat tinggi, tetesan air hujan bisa mengalir deras dari puncak hingga ke bawah. Di tiap tingkat, di setiap sudutnya dibuat 100 lubang air dalam bentuk patung-patung yang unik.
Menurut para ilmuwan pembangunan candi ini memakan waktu 50 tahun. Wajar jika legenda mengatakan Gunadharma sebagai arsiteknya meminta tetap berada di candi tersebut, moksa untuk menjaga kelestarian sebuah karya monumental, baik bagi Gunadharma sendiri, bagi Samaratungga dan putrinya, Pramudawardhani, dan bagi penerus wangsa Syailendra saat itu.
Yang masih menjadi misteri adalah kepastian mengapa wilayah candi Borobudur adalah wilayah yang ditinggalkan. Saat Raffles menemukan candi ini, wilayah tersebut adalah bukan wilayah hunian, sebuah hal yang janggal ketika sebuah tempat peribadatan besar umat Budha tapi tidak ada penduduknya. Bahkan Majapahit atau pun Sunda Galuh tidak mencatat eksistensi candi ini.
Para ilmuwan berkesimpulan Borobudur hilang karena tertimbun ledakan Gunung Merapi di awal abad ke-11, diiringi dengan pengungsian besar-besaran penduduk, menjadi wilayah desertir. Namun pendapat ini pun masih belum bisa dipastikan oleh para ilmuwan dan akademisi.
Legenda Gunadharma pernah diangkat ke dalam sinetron beberapa tahun lalu. Namun saya hanya sempat melihat satu-dua episodenya, mungkin ada faktor rasa tak suka dengan kualitas industri sinetron buatan dalam negeri, tapi sedikit menyesal juga garis besar rangkaian cerita Gunadharma –walau hanya dongeng– tidak saya dapatkan.
2. Bangunan Candi
Candi Borobudur dibuat/dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3. Bangunan candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik pada keempat sisinya (timur,selatan,barat,dan utara). pada candi Borobudur tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
lebar bangunan candi Borobudur : 123 m
Panjang bangunan candi Borobudur : 123m
Pada sudut yang membelok : 113m
Tinggi bangunan candi : 34,5m
Pada kaki candi yang asli ditutup dengan batu sebanyak 12.750m3, sebagai selasar dan undakannya.
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.
3. Patung Budha
Patung budha di candi Borobudur berjumlah 504 buah, dengan uraian sebagai berikut:
Patung budha yang berada pada relung-relung : 432 buah
sedangkan pada teras I,II,III : 72 buah
Jumlah 504 buah
Sekilas patung-patung budha itu tampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas dan juga yang membedakan satu dan yang lainya ialah sikap tangannya, yang disebut mudra dan merupakan cirri khas untuk setiap patung. Sikap tangan budha di candi Borobudur ada enam macam, hanya saja oleh karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-patung yang menghadap semua arah (timur, selatan, barat, dan utara) pada bagian rupadhatu maupun ada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada lima
Kelima mudra itu ialah:
1. Bhumispara-mudra
2. Wara-mudra
3. Dhyana-mudra
4. Aphaya-mudra
5. Dharma cakra-mudra
4. Patung singa
Pada candi Borobudur selain patung budha juga terdapat patung singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung, akan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya ada, karena berbagai sebab.
Satu-satunya patung singa besar, berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-oleh sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
5. Stupa
Stupa dalam candi boro budur terdiri dari tiga macam:
1. Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak ditengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monument bangunan candi Borobudur. Garis tengah ± 9,90m.
2. Stupa berlubang/ terawang
Stupa berlubang atau terawang ialah stupa yang terdapat pada teras I,II,dan III dimana di dalamnya terdapat patung budha. Di candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
3. Stupa kecil
Stupa kecil hampir sama dengan stupa lainnya, hanya perbedaannya yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh hiasan candi. Jumlah stupa kecil ada 1472 buah.
6. Relief
LOKASI NAMA RELIEF JUMLAH
Kaki candi asli Karmawibhanga 160 pigura
Tingkat I ……..dinding
langkan Lalitawistara 120 piguraLOKASI NAMA RELIEF JUMLAH
Kaki candi asli Karmawibhanga 160 pigura
Tingkat I ……..dinding
Jataka/awadana 120 pigura
Jataka/awadana 372 pigura
Jataka/ awadana 128 pigura
Tingkat II…….dinding
langkan Gandawyuha 128 pigura
Jataka/ awadana 100 pigura
Tingkat III……dinding
langkan Gandawyuha 88 pigura
Gandawyuha 88 pigura
Tingkat IV……dinding
langkan Gandawyuha 84 pigura
Gandawyuha 72 pigura
Jumlah relief di candi borobudur 1460 pigura